Kopi dan Kafe di Kota 1000 Sungai
Suatu malam Qurra jalan – jalan di kota Banjarmasin.
Bukan sekedar menyalakan sepeda motor, tarik gas sana sini. Tapi memang waktu
itu Bunda tercinta meminta tolong untuk menggandakan salah satu berkas beliau
yang memang disiapkan untuk besok. Kesempatan ini Qurra sekaligus gunakan untuk
mencari angin segar, pura – pura lupa kalau sebenarnya tempat photocopy-nya
hanya beberapa tarik gas motor dari rumah.
Qurra pun menyelurusi ruas – ruas jalan di kota
Banjarmasin. Ada satu hal yang sepertinya selalu ada di pinggir – pinggir jalan
kota yang dijuluki “kota 1000 sungai ini”, kafe. Disadari atau tidak kafe sudah
mulai menjamur di kota ini. Mungkin, ini adalah salah satu tanda
modernisasi yang memang harus ada di masyarakat kita.
Kafe sendiri menyediakan pelayanan yang bervariasi, baik
dari segi makanan, tempat atau suasana yang dibuat. Semua ini dilakukan tentu
untuk menarik konsumen yang paling banyak “terbuat” dari muda mudi banjar. Ada
kafe yang sederhana dengan beberapa meja, lampu – lampu yang ditata agar
memberikan kesan wah. Bahkan ada pula kafe yang menyediakan akustik band,
bahkan layar lebar untuk menonton film – film kesukaan.
Harga yang ditawarkanpun tidak terlalu mahal jika
dibandingkan dengan resto – resto yang ada di mall – mall besar. Tempat yang
mudah diakses, dekat dengan tempat – tempat pendidikan sepertinya jadi lokasi
yang strategis untuk menyukseskan usaha ini. Apalagi jika ditambah Wifi gratis
yang memang selalu manjur menarik Qurraman wan Qurrawoman yang ketagihan internet gratis.
Suasananya yang cendrung santai juga sangat mendukung.
Tidak jarang kita lihat konsumen yang datang hanya memakai celana pendek, baju kaos dan
sendal jepit. Sepertinya “ngafe” memang sudah menjadi gaya hidup di jaman ini. Anak
sekolah, Mahasiswa, bahkan para pagawai kantor yang pulang malam pun ikut
nimbrung disana. Topik yang dibicarankanpun tentunya beragam, mulai dari
hubungan nganu dengan si anu, sampai proses mega korupsi e-KTP.
Terlepas dari hingar – bingarnya dunia perkafean,
sepertinya masyarakat Indonesia memang punya tradisi untuk kumpul – kumpul,
nongkrong, berbagi cerita sampai berjam – jam. Bahkan katanya di Aceh,
masyarakatnya bisa ngopi dari pagi sampai sore. Luar biasa memang kultur
meminum kopi yang dibawa oleh orang – orang belanda ke tanah kita.
Jika teman – teman qurra pernah berkunjung ke desa – desa
di Kalimantan Selatan, apalagi di daerah hulu sungai dan sekitarnya. Bisa kita
temui warga setelah sholat subuh masyarakat bukannya langsung ke rumah masing –
masing tetapi malah menuju warung – warung kopi yang tersedia. Secangkir Kopi
panas ataupun teh beserta beberapa wadai sepertinya mampu membius mereka untuk
berlama – lama dan berbagi cerita yang terjadi.
Begitu melekatnya budaya ngopi bisa dirasakan oleh Qurra
sendiri. Ketika badan lesu, kepala terasa sakit, langsung segelas kopi ditegak.
Teman – teman malah ada yang sangat candu sehingga setiap hari “wajib” untuk
nyeduh kopi. Kopi sekarang memang bukan sekedar minuman dikala hujan, lebih
berkembang sebagai simbol rasa damai, keterbukaan dan rasa berbagi. Dan kafe
menangkap pesan tersirat ini dengan segala kemodernisasiannya.
Qurra
Sumber gambar :
https://static.initempatwisata.com/mediafiles/2016/02/Nongkrong-di-Clapper-Movie-Cafe.jpg
Luar Biasa Kawan Lanjutkan.......Dirancakilah Bajalanan Sambil Balalihat Jua ke artikelmiftaharief.blogspot.com
ReplyDeleteampih hudah bejalanan,, bamuturan pulank... heheee
Delete