Candu Itu bernama Hape

brrrrrttttttt
“beeeeep beeeep”

Kalau bunyi “beeeeep beeeep” biasanya handphonenya mode dering tapi volumenya dikecilin. Sedangkan “brrrrrrttttttt” itu handphonenya mode getar. Heheheee Kita tidak sedang berbicara masalah bunyi handphone saat menerima pesan atau ada panggilan masuk. Tapi, sesuatu yang lebih besar dari itu.

Di zaman yang serba cepat ini, dimana rasanya sebuah informasi bisa sampai hitungan detik ke depan mata kita, keberadaan handphone atau beberapa Qurraman bilang ponsel sangat diperlukan. Jikalau bisa ponsel itu ditempel pakai lem fox. (kalau gitu nanti tidak bisa di-charge mas nanti handphonenya? Gampank itu, tinggal makan aja power bank ntar juga ke-charged sendiri, hehe). Handphone terus mengalami perubahan. Dari yang warna layarnya hanya kuning/ putih dan hitam, sampai sekarang bisa memuat 64k lebih jenis warna. Dari yang hanya bisa mentransfer file dengan redtooth sampai sekarang ada yang namanya share-it. Begitu pesat perkembangannya.

Disamping perkembangan yang pesat. Informasi yang cepat datang dan cepat pergi kayak bang toyyib. Tentunya ada juga kekurangan yang mau tidak mau harus kita terima sebagai bagian dari gaya hidup modern. Bisa sekarang kita lihat, muda mudi selalu memegang hapenya, orang paruh baya pun juga tidak kalah heboh. Tapi yang paling mengejutkan bagi Qurra ( yang sangat drastis perkembangannya) adalah anak - anak umur jagung, yang mungkin hanya dapat masuk PAUD, sudah bisa menggunakan gadget/ handphone. Dan meraka merangek jika keinginannya untuk bermain tidak tercapai. Beberapa orang tua mungkin masih membenarkan dan mengizinkan anak memegang hape, dengan alasan mereka bisa belajar mengenal huruf, menghafal do’a – do’a harian, dan lain – lain. Tapi Bu, Pa? Lebih banyak waktu menghafal do’a harian dengan bermain game?

Yang dewasa juga tidak mau kalah dengan si kecil. Kemana – mana bawa hape, update status – kemudian update status lagi, foto sana sini lalu disambung selfi, belum lagi sosial media. Bahkan sampai ada ucapan, “lebih baik tertinggal dompet daripada tertinggal handphone”. Jika dipikir – pikir benar juga adanya. Jika kita ketinggalan dompet tapi masih bawa hape, gampang, tinggal telpon orang rumah dan masalah selesai. Coba kalau handphonenya yang ketinggalan trus bawa dompet yang isinya kosong. Coba pakai dompetnya untuk menelpon orang rumah, hahaha

Sebenarnya kita ini kecanduan gadget ? atau Cuma berlebihan dalam penggunaannya? Atau ini memang sudah menjadi gaya hidup di zaman sekarang? Qurraman/ Qurrawoman harus mengakui kalau sebelum tidur biasanya mengecek ponselnya dulu dan itu bisa menghabiskan waktu yang cukup lama. Setuju? Dan dari beberapa artikel yang qurra baca serta pemikiran qurra yang sebatasnya, ada beberapa hal yang menyebabkan kita tidak bisa lepas dari “cinta” yang satu ini, diantaranya;

Menurut artikel yang kita baca di d-natural.com, seseorang dapat kecanduan gadget karena otak merasakan kenikmatan. Seringnya kita mengecek hape, baik itu Facebook, Instagram, twitter, email dan lannya mengakibatkan luapan informasi yang masuk ke otak. Hal ini dapat mengurangi tingkat fokus kita sendiri. Hal ini (luapan informasi yang masuk) menyebabkan otak kita bekerja untuk merespon segera akan kesempatan maupun ancaman. Ini menyebabkan kenikmatan otak yang menyemburkan dopamine – para peneliti mengatakan bahwa ini dapat menyebabkan kecanduan. Jika tidak ada semburan ini, maka biasanya kita merasa bosan.

Kemudian menurut Qurra, sebenarnya kita bukan kecanduan gadget tetapi kecanduan internet. Internet yang membuat sebuah gadget lebih menarik. Internet memberikan pengalaman baru bagi penggunanya dan itu lah sisi terbaiknya. Kita membuka facebook untuk mengetahui hal yang baru. Mengecek BBm timeline untuk tahu status apa yang baru dibuat sang kekasih. Menonton youtube untuk tahu apa yang sedang happening. Hal yang selalu berubah ini lah yang “menarik” kita untuk mengecek dan ricek hape kita. Pernah mengalami hal ketika handpone kita tidak punya kouta? jika tidak ada kouta rasanya benda elektonik yang satu itu tidak ada gunanya.



Terakhir, tentu gadget dan internet merupakan paduan yang sempurna untuk mengalihkan dunia kita. Seperti pisau, dua hal ini bukan menciptakan masalah. Malah membantu meringankan masalah. Cara menggunakannya yang perlu untuk disiasati. Qurra pribadi sendiri membatasi diri untuk tidak selalu memegang gadget. Ada waktu – waktu tertentu untuk mengeser – geser time line. Dan orang tua tentu tidak sebaiknya melarang atau bahkan menyetop anaknya bermain gadget. Tentu jika melarang, maka ada ganti. Sehingga sang anak tidak langsung shock ketika kebiasaannya berubah, dan tentunya tidak dibilang gaptek.

Qurra 

No comments:

Powered by Blogger.